Menunggu Kontrak Fregat Iver Huitfeldft Berlaku Efektif
26 Maret 2020
Perbandingan spesifikasi teknis fregat Martadinata class dan Iver Huitfeldt class, sensor and weapons masih belum final (infographic : Defense Studies)
Fregat Iver Huitfeldt dari Denmark (photo : RFA Nostalgia)
Industri pertahanan Indonesia yang sebelumnya berada di bawah naungan Badan Pengelola Industri Stategis (BPIS) dengan dijabat eksklusif oleh Menteri Riset dan Teknologi semula mengelola 10 perusahaan terkait, namun dikala ini pengelolaannya diserahkan di bawah Kementerian Pertahanan dan membawahi 5 perusahaan saja yakni : Pindad, PAL, Dirgantara Indonesia, LEN dan Dahana. Dalam operasionalnya di Kementerian Pertahanan, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) membawahinya secara eksklusif.
Dalam wawancara dengan Detik.com dengan tema "Blak-blakan Wamenhan: 3 Industri Pertahanan Unggulan" pada 13 Maret 2020 kemudian khusus untuk PT PAL Wamenhan Wahyu Sakti Trenggono mengatakan bahwa :
- memberi order 2 fregat gres kepada PT PAL yang kontraktualnya masih dalam proses,
- nilai pekerjaan yakni USD 720 juta (sekitar Rp 11 trilyun),
- 100% dikerjakan di PT PAL dengan skema Transfer of Technology dari Denmark,
- waktu pelaksanaan 5,5 tahun (66 bulan),
Pasti timbul pertanyaan dari para pembaca, obyek sudah ada, nilai sudah ada, waktu pelaksanaan sudah ada, kemudian apanya yang belum tamat ?
10 fregat terbaik dunia dikala ini (image : Military Infographic)
Fregat Iver Huitfeldt dari Denmark dikala ini masuk dalam daftar 10 fregat terbaik dunia. Denmark masuk sebagai anggota NATO dan fregat ini menggunakan standar NATO. Jika Indonesia mengoperasikan kapal ini maka di tempat ASEAN-Oceania kapal perang dengan panjang 138,7 meter dan bobot penuh 6.645 ton ini akan menjadi kapal perang permukaan terbesar kedua setelah destroyer Hobart class dari Australia yang memiliki panjang 147,2 meter dan bobot penuh 7.700 ton.
Harga fregat Iver Huitfeldt dikala dibangun oleh Odense Shipyards tahun 2010 untuk AL Denmark nilainya yaitu USD 325 juta per kapal tanpa persenjataan atau secara fitted for but not with (FFBNW) dengan menggunakan platform desain dari kapal Absalon class support ship. Melihat harga kontrak fregat Iver class untuk TNI AL (USD 360 juta per kapal) maka dapat diduga bahwa sistem pembeliannya sama yaitu memakai bagan FFBNW, dimana senjata merupakan kontrak tersendiri dan terpisah. Hal ini juga tidak berbeda jauh dengan Martadinata class (USD 220 juta per kapal tahun 2012) dengan sistem FFBNW.
Menurut sumber yang bersahabat dengan Kementerian Pertahanan namun tidak mau disebut namanya, kontrak Iver Huitfeldt dikala ini telah simpulan namun lampirannya yang berupa spek teknis khusus untuk sensor and weapons belum tamat sehingga belum dapat dilakukan seremonial. Adapun kontrak ini akan berlaku efektif apabila telah dilakukan pembayaran down payment sebesar + 15% yang diberikan tenggat waktu selama 130 hari.
Mengenai sensor and weapons ini harus disadari bahwa tidak semua persenjataan orisinil Iver Huitfeldt mampu dibeli oleh Indonesia, karena kapal itu yaitu fregat NATO dan Indonesia bukan anggota NATO dan bukan juga sekutu AS namun Indonesia termasuk negara non-blok. Dari persenjataan dan sensor nanti juga akan terlihat apakah kapal ini akan dioperasikan oleh TNI AL sebagai fregat kelas berat yang mampu beroperasi di samudera (ocean going frigates) ataukah sebagai kapal destroyer, perbedaan umumnya yaitu pada penggunaan rudal jelajah serang darat.
(Defense Studies)