--> Skip to main content

Operational Requirement Kapal Selam Tni Al

13 April 2020


Periskop kapal selam Tentara Nasional Indonesia AL (all photos : Hiu Kencana)

Indonesia mempertimbangkan kembali kontrak pengadaan 3 kapal selam DSME 1400 dengan Korea Selatan, kontrak senilai 900 juta USD ini merupakan kelanjutan dari pengadaan 3 kapal selam sebelumnya pada tahun 2011 dengan Korea Selatan yang diikuti dengan kesepakatan Transfer of Technolgy. 

Tentunya timbul pertanyaan, jika kontrak ini nantinya dibatalkan apakah ini terkait dengan teknologi ataukah anggaran? Pemerintah pada satu sisi memang membutuhkan anggaran untuk menangani wabah virus Corona Covid-19 dan semua Kementerian mengalami pemotongan anggaran ini.

Pada sisi yang lain, bila menyangkut kekurangan dari sisi teknologi tentunya informasinya tidak akan diumbar ke media massa alasannya info wacana kemampuan pertahanan ialah merupakan diam-diam negara.

Untuk menghadapi bahaya kekuatan gila di maritim yang mungkin timbul di kemudian hari, dari sisi resiko maka peluang terjadinya invasi militer besar-besaran atau perang terbuka, memang sangat kecil kemungkinannya, akan tetapi low intensity conflict di perairan perbatasan dengan negara tetangga, berpeluang besar terjadi setiap dikala.


Torpedo AEG SUT sedang dimuat ke dalam KRI Cakra 401 (photo : Hiu Kencana)

Dengan kondisi perairan Indonesia yang bervariatif dengan kedalaman maritim yang bervariasi dari perairan dangkal sampai perairan yang dalam maka kapal selam yang dianggap cocok untuk beroperasi di perairan Indonesia adalah kapal selam dengan operational requirement sebagai berikut :
- bisa beroperasi di maritim dalam maupun bahari dangkal (tempat littoral), 
- memiliki endurance dan daya jelajah yang cukup jauh dan usang, 
- memiliki teknologi propulsi yang senyap, 
- mempunyai persenjataan yang banyak dan bervariatif,
- terhindar dari kemungkinan sanksi embargo dari negara produsen terhadap alutsista maupun peralatan atau persenjataan pendukungnya.

Berdasarkan analisa geopolitik, di daerah terjadi peningkatan kekuatan kapal selam dari negara-negara tetangga yang sudah mengadopsi teknologi maju yakni :
-Australia dengan Shortfin Barracuda class (Prancis),
-Singapura dengan Type 218 (Jerman),
-Malaysia dengan Scorpene 2000 (Prancis)
-Vietnam dengan Project 636 Varshavyanka/Improved Kilo (Rusia)
-Thailand dengan S26T (China)
-Myanmar dengan Project 877 Kilo (Rusia) dan mungkin ditambah dengan Project 636 Varshavyanka (Rusia)
-Filipina belum memilih pilihan, namun telah mengadakan MoU untuk Scorpene 2000 (Prancis).

Media asing menganggap bahwa Indonesia akan beralih kepada kapal selam dengan teknologi yang lebih maju, The Diplomat melaksanakan analisis bahwa Indonesia akan beralih kepada kapal selam Reis Class dari Turki (Type 214 AIP), sedangkan media Vietnam BaoDatViet memperkirakan Indonesia akan beralih kepada kapal selam Project 636 Varshavyanka (Rusia).

Jalan masih panjang, implikasi legal dan keuangan masih dikaji untuk memilih kontrak kapal selam DSME 1400 ini akan berlanjut atau tidak, tentunya semua didasarkan pada Operational Requirement yang dikehendaki TNI AL. Kita tunggu saja akhirnya.

(Defense Studies)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar